Rabu, 04 Februari 2015

"Media Sosial" Malah Jadi Anti Sosial...?

Telekomunikasi sudah berkembang sedemikian cepat dan canggih saat ini. Salah satu bentuk kecanggihan telekomunikasi tersebut adalah lahirnya smartphone. Ponsel pintar yang unggul dengan mengusung kemudahan mengakses berbagai media sosial ini tengah digandrungi di kalangan muda.


Mengantongi segudang media sosial di ponsel pintarnya, membuat pengguna smartphone diklaim sebagai pribadi yang antisosial. Pasalnya, menggunakan media sosial yang dapat menghubungkan banyak orang dengan cepat dan praktis, membuat orang-orang lebih merasa nyaman untuk berhubungan secara online daripada bertemu langsung. Dari sinilah, budaya silaturahmi perlahan semakin kikis. Istilahnya, media sosial telah ‘mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat’.

Lalu bagaimana media sosial atau sosial media justru membuat orang menjadi bersikap antisosial:



1. Penggunaan media sosial untuk hal-hal yang tidak penting akan cendrung membuat seseorang bersifat individualistik dan cendrung tertutup dengan kehidupan di lingkungannya. Pengguna sosial media menjadi kehilangan perhatiannya terhadap perubahan lingkungan di sekitarnya, dan tidak tanggap dengan perubahan tersebut.

2. Media sosial dianggap sebagai alat yang mampu menjanjikan popularitas dan penghargaan diri bagi penggunanya, mereka menganggap banyaknya orang yang menglike status, mengomentari status atau foto-foto mereka adalah suatu bentuk penghargaan terhadap diri mereka sendiri. Dengan demikian orang-orang di dunia maya merasa lebih mudah mendapatkan perhatian dari orang lain di sosial media dibandingkan dengan orang-orang yang ada di sekitar mereka.


3. Pengguna media sosial tahan berjam-jam melihat gadget dan mengecek akun mereka di bandingkan harus berlama-lama berdiskusi dengan teman, orang lain bahkan keluarganya sendiri.



4. Pengguna media sosial menganggap bahwa orang-orang yang ada di dunia maya lebih berpengaruh dalam kehidupan mereka di bandingkan dengan orang-orang yang ada di dunia nyata.


5. Tergila-gila dengan sosial media membuat komunikasi dengan orang di sekitar seperti keluarga dan sahabat malah menjadi renggang, orang antisosial biasanya sulit menemukan kehangatan dan keakraban dalam hubungannya dengan teman atau keluarga.

6. Pengguna sosial media memiliki “nilai sosial” yang tinggi di dunia maya, tapi antisosial untuk dunia nyata mereka. Betapa tidak, saat seseorang membuka akun mereka dan melihat status dari teman-teman mereka, pengguna sosial media langsung menunjukkan kepeduliannya dengan menglike, mengomentari, bahkan menghujatpun bisa dianggap sebagai bentuk kepedulian. Sebagai perbandingannya, saat seseorang mendengar bahwa tetangganya sedang ditimpa musibah, orang-orang “berjiwa sosial” yang eksis di dunia maya justru bersikap acuh tah acuh.



7. Sikap sosial yang ditunjukkan oleh pengguna sosial media adalah sikap semu sosial, saya katakan semu sosial karena yang mereka pedulikan adalah hal-hal yang sebenarnya tidak terlalu penting untuk diperdulikan, masih banyak hal di dunia nyata yang membutuhkan kepedulian nyata dari kita untuk membantu sesama.

Demikianlah alasan kenapa media sosial bisa membuat orang-orang yang memilikinya akan cendrung bersifat antisosial. Sikap antisosial yang mereka tunjukan berupa ketidakpedulian mereka terhadap orang-orang yang keberadaannya ada di sekitar mereka. Tapi satu sisi, mereka menjadi sangat “peduli” dengan orang-orang yang ada di dunia maya. Apa jadinya kalau semua pengguna sosial media tidak peduli dengan orang-orang yang ada disekitarnya? Manusia di dunia nyata semakin tersudut keberadannya. Sedangkan manusia di dunia maya semakin eksis kian harinya.

Terlepas dari baik dan buruknya media sosial, kita tidak bisa melimpahkan kesalahan mutlak ke sosial media, karena sosial media tidak berarti apa-apa tanpa ada penggunanya. Semua tergantung dari bagaimana kita sebagai pengguna sosial media memanfaatkan kemudahan akses komunikasi yang ada untuk peduli terhadap orang-orang yang ada di dekat ataupun yang berada jauh dari kita. Kita terlahir sebagai makhluk sosial, kita tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain dan kita juga tidak bisa merasakan makna kehidupan yang telah dianugrahkan Tuhan tanpa upaya membantu sesama. Anda akan merasakan kebahagian jika kebahagian itu didapat dari upaya nyata anda.

0 komentar:

Posting Komentar